Segala konten yang ada dalam halaman ini, baik itu video maupun foto bukanlah hak cipta milik halaman nikmat.
Apabila ada keterkaitan (kesamaan) foto maupun video pada halaman ini, mohon email: muntr.husk@gmail.com untuk segera dilakukan penghapusan konten tersebut dengan mengirimkan bukti bahwa itu merupakan foto atau video milik anda. Kirimkan pula tujuan url pada halaman ini, untuk mempercepat penghapusannya. Kerahasiaan anda akan dijamin aman. Terima kasih.
       
   

Lugunya Istri Tetanggaku

Dimana waktu itu ada kendala ban mobil yang aku kendarai bocor karena terurusuk paku saat mau ke luar kota, dan saat aku mau mengganti ban serepku ternyata kunci roda yang aku bawa tidak pas, sial banget hari itu dan aku berjalan kira 3 km untuk menghampiri rumah yang ada mobil angkotnya dan semoga mempunyai kunci yang pas dengan baut mobilku.

“Assalamu alaikum…..!” sapaku dengan wajah sedikit memelas didepan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota.

“Wa alaikum salam…”terdengar jawaban seorang wanita namun belum nampak batang hidung yang punya suara.

Mendengar suara itu kuberanikan diri sedikit melongo kedalam rumah itu. Opss… ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan sedang menyusui anaknya. Oh.. my God lumayan juga parasnya untuk wanita ukuran di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anaknya yang masih berusia balita.

“Maaf mbak, apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya ?” tanyaku sambil tak putus mataku memandang sebuah keindahan, seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu.

“Oh..sebentar pak saya Tanya dulu suami saya…!” Jawab wanita tadi sambil terburu-buru menutup dada indahnya yang mungkin Ia sadar jika betapa aku menikmatinya.

Singkat cerita kunci roda tersebut berhasil saya pinjam dan bergegas kugunakan untuk mengganti ban yang bocor dengan ban cadangan. Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih, kami sempat berbincang dan berkenalan.

“Maaf pak, Rencananya mau kemana?“ Tanya wanita itu.

“Oh saya mau ke kota X dalam rangka tugas kantor” Jawabku sekenanya.

“Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk menemui saudara yang katanya berdomisili disana, tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena kendaraan Angkotnya masih rusak” Kata wanita itu diamini oleh suaminya yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang-bincang.

Pucuk dicinta ulam tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa melewatkan kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anaknya, dengan alasan suaminya masih harus menyelesaikan perbaikan angkot yang masih rusak itu.

Apalagi aku memang hanya sendiri di kendaraaanku. Sepanjang perjalanan kami ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya dapat kuketahui nama wanita itu adalah Heni. Sampai kami tiba di kota tujuan.
“Mbak Heni rencana mau nginap dimana? kan hari sudah mulai gelap tentunya sulit mencari alamat saudaranya waktu begini” tanyaku.

“Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap di penginapan” Jawab Heni dengan sedikit kebingungan.
“Bagaimana jika kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, esok hari baru kita sama-sama mencari alamat saudara mbak itu!” Tawarku kepada Heni.

“Tapi mas apa tidak merepotkan ?”tanyanya dengan nada ragu tapi mau.

“Ya… enggak lah… .kan mbak Heni sudah menolong saya jadi tidak ada salahnyakan jika saya membalas pertolongan itu.” Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS…….. .
“Ya deh mas …. Saya ikut mas aja !” Jawabnya pasrah.

Setiba di penginapan ternyata kamar yang tersedia tersisa 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya dan tidak bisa di ganggu gugat lagi soalnya sudah di bayar Full.

“Aduh mbak kamarnya Cuma ada satu yang kosong, gimana nih” Tanpa menunggu jawaban langsung kujawab sendiri dengan sedikit memaksa

“Udahlah mbak…. Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa”.

“Tapi mas …” jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut dibelakangku menuju kamar sambil mengangkat tas Heni dan tasku sendiri.

Setelah masuk dalam kamar dan menyelesaikan segala urusan dengan room service yang mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak, dan Heni terduduk di sofa sambil memandangku bingung.

“Silahkan mandi dulu mbak, itu handuk bersih dan ini sabun cair dan shampoo saya yang bisa mbak pake, saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja, karena penginapan ini tidak menyiapkan makan malam yang sesuai dengan selera saya“.

Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Heni untuk digunakan dan Heni nurut aja apa yang ku sampaikan. Setelah semuanya beres kami keluar penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita, khususnya Heni dapat kuperoleh cerita jika ia baru 3 tahun menikah dengan suaminya yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya
Namun dalam perjalanan pHenikahannya suaminya kurang memberi perhatian selayaknya suami kepada istrinya selain hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lainnya suaminya kurang mau tahu termasuk urusan mengunjungi saudaranya di kota ini.

Tibalah waktu kami kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai janjiku jika aku yang tidur di sofa sedangkan Heni di tempat Tidur.
Maklum deh Heni masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal.

Nampak jelas bentuk tubuh khususnya payudara yang kutaksir berukuran 36 B, menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat dikeremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah menahan gejolak adikku yang dari tadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas. Rupanya Heni melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, padahal bukan itu penyebabnya, sehingga akhirnya dia pun bersuara.

“Mas, Nggak bisa tidur ya? sudah mas disini saja, toh tempat tidur ini masih cukup luas“.
Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab

”Ya deh. Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatankan?”.
“Nggak koq mas silahkan aja” jawabnya.
Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke empat tidur samping Heni. Ternyata Heni sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celana pendek yang memang tidak mengenakan celana dalam kebiasaanku jika tidur.

“Ihh… Mas… itu apa yang berdiri dibalik celana mas?” Lugu Heni bertanya.

“Ahh… mbak koq liat aja, ini kan gara-gara mbak juga“. Jawabku sekenanya sambil dalam hati berkata TUNGGU TANGGAL MAINNYA.

Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan Heni, dan tidak ada penolakan dari Heni yang membuatku semakin berani menarik tangannya dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra.

“Mas jangan panggil aku mbak ya… sebut aja Namaku” Tiba-tiba Heni bersuara,

”Oh ya….”jawabku.

“Maaf mas Heni koq merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami Heni yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas berikan ini” kata Heni lagi,

“Akupun begitu er…., awal melihatmu ingin rasanya aku memelukmu !” jawabku sedikit merayu.

Sambil memeluk dari belakang dan mencium bekang telinga selanjutnya leher bagian belakangnya, yang tanpa penolakan bahkan terlihat Heni begitu menikmati. Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus terutama sekitar puting yang nampak kian mengeras.

Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Heni selain desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan Heni sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal diantara dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air kenikmatan wanita yang sedang mendaki kearah puncak kenikmatan.

Tidak dinyana Heni membalikkan badannya melepaskan sarung kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali inilah terlihat dengan jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata menyimpan suatu kekuatan yang mampur memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya.

“Mas…!!!”. Sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Heni seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya.

”Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku…akhhh….akkhh !!”.
Heni semakin tidak dapat menguasai dirinya, apalagi saat kulumat habis puting tetek nya yang kian mengeras.

Berangsur turun ke puser perut dan kelubang kenikmatan.

“Okhh..okkhhhh…..mas….nikmat..akhhkk…”Ta kuasa Heni menahan erangannya.
Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat, diterangi cahaya lampu tidur yang temaram.
“Heni aku sudah nggak tahan lagi, pengen ngent0t mem3k kamu !”

Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut Heni yang dengan ganasnya melalap habis sampai ke pangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya.

Heni rupanya mengerti dengan kata-kataku, maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT menelungkup memasukkan batang kont0lku ke lubang mem3knya secara perlahan tapi pasti, naik turun tidak beraturan,

”Oh…. Mas nikkkkkmattttt…!!!” Heni mulai mengoceh kesetanan,

“Mas kont0lmu enak sekali……..” tambah Heni.
Akupun semakin keras memompa dan membanting tubuhnya ke kasur untuk merubah posisi dengan Doggy style, menggenjotnya dengan tetap meremas tet3k Heni,

”Mas aku cape……” keluh Heni.
Kubalikkan tubuhnya dengan posisi MOT sebagai posisi pamungkas karena kont0lku sudah mulai terasa berdenyut keras,

”Ohkkhhh…..mas aku nggak tahan ….akh..!!!!” Heni mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan mem3knya semakin memelintir batang kont0lku,

“Oh….Heni tahan sebentar lagi aku juga mau keluar.” Pintaku kepada Heni seembari meninggikan RPM genjotan kont0lku di mem3k Heni.

Dan tiba-tiba

”AKHH………!!!!” Teriak Heni bersamaan dengan itu akupun tak dapat lagi menahan semburan sperma kont0lku kedalam mem3k Heni sambil tetap mengisap putting tet3k Heni yang kian mengeras.

Kita berdua tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi tadi yang jelas aku dan Heni sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap membiarkan tubuhku tengkurap di atas tubuh Heni dengan kont0l yang masih tertancap di mem3k Heni.

Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh bugil Heni si wanita desa dengan ceceran air mem3k Heni dan sperma kont0lku yang membasahi tubuh dan sperei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 aku terbangun, dan mendapatkan Heni masih tertidur dengan ceceran sperma dan air mem3k yang mulai mongering di badan kita berdua dan sprei tempat tidur, kubangunkan Heni dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi.

“Mas… maafin Heni ya, koq Heni malah mengajak mas ngesek..” Kata Heni menyesal namun masih menyimpan hasrat terpendam.
”Nggak apa koq er… aku juga senang dengan apa yang telah kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja” kata ku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku.

”Akh….mas ini bikin malu aja..” sambil mencubit perutku.

”Jujur deh mas Heni baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul membuat Heni serasa terbang kea wan” sambung Heni.

Sambil mengelus kont0lku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.
“Mas… boleh nggak Heni minta lagi..” Pinta Heni.
WHY NOT pikirku, tapi gengsi dong kalo aku langsung mengiyakan.

”Gimana ya…tapi aku sudah cape nih” jawabku untuk memancing pelayanan yang lebih ekstra tentunya,

”Trus gimana dong mas ?” Heni benar-benar sudah memelas.

“Heni mesti tau dong apa yang ku mau !” Jawabku sekali lagi.

Tanpa ba bi bu Heni langsung mengulum kont0lku dengan ganasnya dan tanganku tidak melewatkan untuk mengobok-obok tet3k Heni yang mulai mengeras juga, rupanya tak puas kont0lku diisep, ia menggigit halus putting susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.

“Heni kita pindah ke sofa aja yuk!”
sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gentian Heni yang ku mandiin kucing dari ujung kaki sampai kuduknya.

”Ahkk…Mas terus mas ….” erang Heni.
Heni benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak sehingga harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu.

“Masss.. cepat ent0t aku mas sudah tidak tahan nih…” suara lirih Heni memintaku agar menusuk kont0l ke mem3knya.

Blassss……

”Akhhh…” lirih Heni sekali lagi.
Entah apa karena suasana malam itu yang semakin sepi atau memang setan sudah begitu dominant menguasai otak kami berdua, langsung aja dengan posisi Heni yang nungging di sofa ku benamkan batang kont0l ini yang juga sudah ingin mengakhiri permainan dashyat ini, kugenjot berulang-ulang kedalam lubang mem3k Heni dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua

”Ohhhh… Heni….”

Bersamaan dengan orgasmenya Heni, yang membuat lututku semakin tak kuasa menahan lemasnya dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa.

Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi harinya.

”Mas kapan kita bisa ketemu lagi ?” Tanya Heni.
”Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu Hen..” jawabku.

Singkat cerita keesokan harinya aku mengantarkan Heni menemui alamat saudaranya dan sebelumnya mampir di toko hp untuk membelikan Heni HP yang dapat aku gunakan bila ingin menemui Heni. Kisah ini berlanjut ditempat yang lain dan kesempatan yang lain, tentunya tanpa sepengetahuan suami Heni.

***TAMAT***

Cewek Jablay Yang Menggoda

Suatu siang aku iseng nyari makan siang di satu mal. Makan cepat saji yang paling gampang dicari adalah ayam goreng. aku pesan pahe ayam goreng plus kentang plus soft drink dingin. Selesai membayar, aku membawa nampanku mencari tempat duduk yang kosong. Mataku tertumbuk pada sesosok prempuan muda, cantik, seksi dengan tonjolan besar didadanya, tapi disebelahnya ada anak prempuan kecil, mungkin 3 tahunan lah. Dia memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toket besarnya ngintip dari belahan tank topnya yang rendah.

Walaupun banyak tempat duduk yang kosong aku nimbrung ja di meja dimana prempuan cantik seksi dan anak prempuan itu duduk. “Boleh join kan?” Tanpa menunggu jawabannya aku langsung meletakkan nampanku dimejanya dan duduk.“O, silahkan ja pak”.

“Cuma berdua saja”, pancingku membuka pembicaraan. “Kan ber 3 dengan bapak”, jawabnya, wah menangkisnya jago juga ni prempuan, pikirku. “Anaknya? Cantik kaya mamanya”. “Bukan pak, bukan anak saya”. “O, kirain anaknya, abis nyulik ya”, candaku. “Ih bapak bisa aja. Ini anak tetangga, tadi dititipkan ke rumah, katanya mo dijemput lagi siang ini di sini”. Dia menyuapi anak itu dengan nasi yang dicampur dengan sop, karena sopnya masi panas, ditiupnya sebentar sebelum disuapkan ke anak itu.

Si anak kelakuannya manis banget, gak cerewet maksudku. “Belum punya anak, ato belon nikah?” “Nikah si udah tapi belon dikasi tu ma yang diatas”. “Minta dong”. “Ya sih, minta tapi gak dilakuin”. Wah kliatannya mo curhat neh. “Maksudnya gak dilakuin”. “Ya suami aku gak ngelakuin ya mana mo dikasi ma yang diatas kan”. “Kok bisa”. “Suami kerja dikapal cargo, jadi seringnya diatas kapal katimbang dirumah”. “O jadi jablay toh, kasian”. “Orang sedih kok malah digoda”. “Ya udah, aku ja yang membelai gimana”.

“Genit ah”. Tengah pembicaraan mulai mencair, datanglah seorang prempuan, rupanya ini tetangganya, mo jemput anaknya. aku diem saja, dan dia juga tidak mengenalkan aku kepada tetangganya. Tetangga tau diri juga karena dia mengajak anaknya pergi setelah mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dia. “Namanya siapa sih”.

“Aku Sintia, bapak?” “aku menyebutkan namanku, jangan panggil bapak lah, formal amat”. “Abis mo dipanggil apa dong, mas aja deh ya. kan semua lelaki Indonesia dianggap jawa”. “Maksud kamu”. “Iya kadang dah jelas2 namanya Hutagalung dipanggil mas juga”. aku tertawa mendengar candanya.
“Dah brapa lama nikah?”
“ampir 2 tahun mas”. “Wah jablaynya dah lama dong ya.
Mangnya gak tau kerjaan suami sebelum nikah”. “Tau si, cuma gak nyangka ja akan kaya gini”. “Ya udah, aku temenin deh hari ini. Abis ini kamu mo kemana?” “Gak kemana2 mas, Mo jalan ja”. Aku menggandengnya meninggalkan tempat makan dan masuk ke toko yang meruapak anchor tenant di mall itu. Kami ngobrol ngalor ngidul ja sembari membunuh waktu. Dia membiarkan aku menggenggam tangannya erat. “Kamu kaya istriku ja ya, jalan gandengan”.

“Gak apa kan, katanya mas blon nikah?’ “Iya sih, kaya orang pacaran ya, padahal kamu istri orang”. “Biarin ja, orangnya juga ninggalin aku terus kok”. “Pegel nih jalan terus, kamu mo pulang gak?” “Gak ah mas, dirumah juga mo ngapain?” “ketempatku aja yuk”. “Mo ngapain ke tempat mas?’ “Ya ngobrol, santai ja, kan asik cuma ber 2″. ML cewek jablay hot super bahenol, “Iya deh”. Segera aku menggandengnya ke basement dan meluncurlah mobilku menuju kerumahku. Sesampai dirumahku,dia duduk didepan tv, tv kunyalakan dan aku mengambil minuman untuknya.

“Mas tinggal sendiri ya”. “Iya, mo nemenin?” “Mau si, cuman kan aku dah punya suami”. “Kalo suaminya pergi ya nemenin aku ja disini”. “Maunya”. Kebetulan di tv ada siaran ulang debat capres. “Kamu ngikuti debat ini?” tanyaku. “Sambil lalu ja mas, debat cawapres juga ngikuti sambil lalu”.

“Terus komentar kamu?” “Sayangnya Capres 3 gak berkolaborasi dengan cawapres 1, kalo gak kan setanding dengan calon ke 2 dan pilpresnya bisa 1 putaran kan”. “O gitu ya, pandangan kamu luas juga ya”. “Iya gak kaya mas, manangnya cuma disatu tempat ja”, katanya menyindirku, yang dari tadi hanya memandangi belahan toketnya yang montok. “Habis kamu seksi sekali si, kok bisa ya suami ninggalin istri yang bahenol kaya gini, pa gak takut istrinya dicolek orang laen”. Dia tersenyum manis. “Tadi kamu taen sekali nyuapin tu bocah, dah pantes jadi mami”. “Iya si, cuma ya itu problemnya”. “Iya jablay”.

Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tanganku mengelus pahanya. “udah gak tahan ya mas”, godanya sambil membiarkan tanganku mengelus2 pahanya. Rabaanku semakin lama membuatnya semakin napsu. Dia membuka pahanya agak lebar. Melihat dia mengangkangkan pahanya, tangganku bergerak ke atas ke selangkangannya. Jari2ku mulai mengelus belahan memekknya dari luar. “Mas”, katanya, “Aku udah basah mas”. “Udah napsu banget ya Sin, aku juga sudah napsu”. Rumahnya besar ya mas”. “Iya, dibalakng ada kolam renangnya, mo renang gak”. “Gak bawa baju renang mas”. “Tlanjang ja, repot amat si”. “Ih si mas, maunya tu”. “Kamu juga mau kan”.

Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan orang luar yang mau mengintip ke dalam. Dia langsung saja melepas tanktopnya, kemudian celana ketatnya. Pakaian diletakkan di dipan yang ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi rimbunnya pohon. Aku melotot memandangi tubuhnya yang hanya berbalut daleman bikini. Karena CDnya mini, jembutnya yang lebat berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDnya. Segera dia mencebur ke kolam, sementara aku membuka kaos dan celananya, sehingga hanya memakai CD. kontolku yang besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDku.

Kemudian aku pun nyebur ke kolam, menghampirinya dan memeluknya. Bibirnya kucium, lidah kami saling berbelit. Aku menarik ikatan branya sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketnya sambil memlintir pentilnya. Segera pentilnya menjadi keras. “Toketmu kenceng ya Sin, pentilnya gede.”, kataku. Dia diam saja sambil menikmati remasanku .kontolku yang keras menekan perutnya. “Mas, ngacengnya sudah keras banget”, katanya. “Kita ke depan yuk”

Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera dia keluar kolam membawa branya yang sudah dilepas. Dia telentang didipan, menunggu aku yang juga sudah keluar dari kolam. Aku berbaring disebelahnya, bibirnya kembali kucium dengan penuh napsu dan aku kembali meremas2 toketnya sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong Mas” pintanya sambil menyorongkan toketnya itu ke wajahku. Langsung toketnya kuisep dengan penuh napsu. pentilnya kujilatia.”Ohh.. Sstt..” erangnya keenakan. Aku mulai mengelus jembutnya yg nongol keluar dari CDnya, kemudian kususupkan jariku ke dalam CDnya. Jariku langsung menyentuh belahan bibir memekknya dan kugesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekanku selalu berakhir di it ilnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. memekknya langsung berlendir, lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam memekknya. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahnya sambil menekan tanganku yang satunya untuk terus meremas-remas toketnya. Dia sungguh sudah tidak tahan lagi,

“Mas, aku udah gak tahan nih”. Tali ikatan CDnya di kiri dan kanan pinggang kugigit dan kutarik dengan gigiku sehingga terlepas. Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas bulu jembutnya yang lebat. Aku kembali meraba dan mengelus memekknya. Aku menyelipkan jariku ke belahan memekknya yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam memekknya. “Mas..! Aduuh! aku sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintanya. Aku tidak langsung memenuhi permintaannya, malah jariku beralih menggosok-gosok it ilnya. “Aduuh! mas..nakal!” serunya.

Dia pun semakin tidak karuan, diremasnya kontolku yang sudah keras sekali dari luar CDku. Toketnya yang sudah keras sekali terus saja kuremas2, demikian juga pentilnya. “Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengeknya lagi. Kemudian kumasukkannya jariku ke dalam memekknya yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jariku menyeruak masuk ke dalam memekknya. memekknya langsung kukorek2, dindingnya kugaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang memekknya kumainkan dengan ujung jarinya hingga badannya tiba-tiba menggigil keras dan digoyang-goyangkannya pantatnya mengikuti permainan ujung jariku. Aku menelungkup diselangkangannya dan langsung mengulum bibir memekknya.

Cairan yang membasahi sekitar selangkangannya kujilati dan setelah bersih aku kembali mengulum bibir memekknya. Kemudian giliran it ilnya mendapat giliran kukulum dan kulumat dengan mulut. Jariku kembali menyeruak masuk ke dalam memekknya, dia benar-benar hampir pingsan. Tubuhnya kembali terguncang hebat, kakinya jadi lemas semua, otot-otot perutnya jadi kejang dan akhirnya dia nyampe, cairan memekknya yang banjir kutampung dengan mulut dan tanpa sedikit pun merasa jijik kutelan semuanya. Dia menghela napas panjang, aku masih dengan lahapnya melumat memekknya sampai akhirnya selangkangannya benar-benar bersih kembali. memekknya terus kuusap2, demikian juga it ilnya sehingga napsunya bangkit kembali. “Terus Mas.. Enak..” desahnya. “Ayo dong Mas.. aku udah gak tahan”. tetapi aku masih tetap saja menjilati dan menghisap it ilnya sambil meremas2 toket dan pentilnya.

Aku melepaskan CD, kontolku yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Dia kunaiki dan segera mengarahkan kontolku ke memekknya. Perlahan kumasukkan kepala kontolku. “Enak Mas..” katanya dan sedikit demi sedikit aku meneroboskan kontolku ke memekknya yang sempit. memekknya terasa sesek karena kemasukan kontol besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kontol mulai kuenjot keluar masuk.

“Terus Mas… Kontolmu enak” erangnya keenakan. Aku terus mengenjot memekknya sambil pentilnya kuhisap. Belum berapa lama dienjot, aku mengajak tukar posisi. Sekarang dia yang diatas. Diarahkannya memekknya ke kontolku yang tegak menantang. Dengan liar dia kemudian mengenjot tubuhnya naik turun. toketnya yang montok bergoyang mengikuti enjotan badannya. Aku meremas toketnya dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Mas.. kontolmu besar, keras banget..”, dia terus menggelinjang diatas tubuhku. “Enak Sin?’ tanyakua. “Enak Mas.. entotin aku terus Mas.”

***TAMAT***
 

Pengalaman Seks Dengan Rekan Kerja

Kejadian ini saat aku belum menikah dan masih bekerja di perusahaan distribusi makanan. Aku saat itu menjadi Chief Account Officer dan salah seorang stafku yang baru bekerja 4 bulan namanya Inge, dia seorang sarjana ekonomi yang baru setahun lulusnya umurnya masih 23 tahun .

Dulu saat pertama kali masuk kantor kulihat sering diantar dan dijemput pakai motor oleh pacarnya , tetapi sudah ada seminggu terakhir Inge selalu mengendarai motor sendiri . Memang Inge berwajah manis, hanya sayang kurang tinggi sedikit.

Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yang selalu kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya dan selain itu model rambutnya yang pakai gaya sedikit yang terurai di dekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah.

Juga yang kelihatan sensual adalah cara berpakaiannya karena Inge selalu pakai baju atau kaos yang agak ketat sehingga perutnya kelihatan ramping dan buah dadanya terlihat agak menonjol. Memang buah dadanya sendiri tak terlalu besar tetapi cukup bagus bila pakai baju atau kaos yang ketat.
Suatu saat aku tegur dia,

“ Inge, kenapa sekarang kamu naik motor sendiri ?”

“ Yaahh , yang antarin sudah nggak ada”, sahutnya .

“ Masak iya , kemana pacarmu itu ?” tanyaku.
“ Aach, nggak tahu pergi kemana dia , biarin saja ” , jawabnya dengan nada kesal .
Beberapa hari kemudian, saat makan siang , aku melewati kamarnya , kebetulan cuma Inge seorang diri dan sedang makan, rupanya yang lain makan keluar , segera kumasuk dan duduk di depan mejanya .

“ Makan sendirian saja ?”
“ Iya Pak, sahutnya . Sambil makan, Inge melihat- lihat iklan bioskop di koran . Tiba -tiba Inge berbicara,

“ Waah , film Mandarin ini bagus Pak, Inge kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang. ”

“ Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani” kataku.

“ Ah, Bapak bisa saja , nanti pacar Bapak marah lho !” sahutnya .

“ Yaa, jangan sampai ketahuan dong, sekali -kali kan nggak apa- apa” , kataku.

“ Kalau sungguh , kapan Bapak bisanya ? asal jangan yang malam - malam , paling lambat yang pukul 7 .00 malam ” , jelas Inge.
“ Besok malam ? Pokoknya jangan Sabtu dan Minggu malam itu acara Bapak sudah patent” kataku.

“ Kalau gitu besok malam ya Pak?”
“ Boleh, Bapak jemput jam berapa?”
“ Inge sampai kost jam 5 sore, lalu mandi dulu, jadi kira - kira pukul 6 sore ya!”
“ Oke ”, sahutku.

Besok sorenya setelah saya pulang ke kost dan mandi lalu siap ke kostnya Inge. Sampai di sana ternyata Inge belum selesai hingga kutunggu beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat . Karena baru pukul 6 . 10 padahal filmnya mulai pukul 7 , maka kita putar- putar kota dulu.

Dalam mobil aku bilang dengan Inge kalau lagi nggak dinas begini jangan panggil aku Pak, sebab umur kami paling hanya berbeda 7 tahun , aku jadi nggak enak dong. Akhirnya setelah putar - putar kita langsung ke bioskop dan beli tiket lalu masuk, aku memang sengaja minta tempat duduk yang di pinggir . Rupanya filmya kurang bagus , sebab sampai saat mulai penontonnya hanya sedikit.

Memang artis- artis yang main seksi - seksi, apalagi film Mandarin terhitung banyak yang berani juga actionnya. Kalau pas adegan yang hot Inge tiba - tiba memegang tanganku, suatu saat kalau adegan panas sebelum tangannya Inge yang beraksi kupegang dulu telapak tangannya erat - erat .

Walaupun adegan panas sudah berlalu tangannya tetap kupegang terus dan perlahan - lahan tangannya kuletakkan di atas pahanya . Ketika Inge masih diam saja atas aksi ini , maka jari - jariku kupakai untuk mengutik- utik pahanya yang sudah terbuka karena roknya yang agak pendek itu naik kalau buat duduk . Beberapa menit hal itu kulakukan dan Inge pun masih diam, lalu tangannya kutarik ke paha lebih atas sekaligus untuk menyingkap roknya supaya naik ke pangkal paha .

Setelah kulihat roknya menyingkap sampai hampir pangkal pahanya sehingga paha yang mulus itu terlihat remang- remang dengan penerangan cahaya dari film saja . Aku pura - pura diam sebentar, kebetulan ada adegan panas lagi dan tanganku segera memegang pahanya dan tangan Inge memegang bagian atas tanganku .

Kupikir Inge akan melarang kegiatan tanganku itu , tetapi tangannya hanya ditumpangkan saja di tanganku . Kuberanikan lagi operasi ini , tanganku kuusapkan ke pahanya dari atas lutut sampai ke atas dekat pangkal pahanya . Sudah ada 5 menit aku melakukan ini bergantian paha kanan dan kiri, tapi Inge tetap diam hingga nafasku yang mulai memburu.

Akhirnya kuberanikan tanganku untuk mengusap pahanya sampai ke selakangannya hingga menyentuh CD - nya dan bagian kemaluannya kugelitik dengan 2 jariku. Saat itu Inge kelihatan mendesah sambil membetulkan duduknya . Kugelitik terus clitorisnya dengan jari dan kadang-kadang jariku kumasukkan ke dalam lubang vaginanya , ternyata lubangnya sudah basah juga .

Belum beberapa lama , Inge menggeliat duduknya dan bilang, “ Oom , Jangan digitukan nanti basah semua vagina Inge juga CD - nya , sebab Inge punya banyak keluarnya. ” Lalu tanganku kutarik dan kupindahkan ke pahanya saja .

Aku bisiki , “ Nanti lain kali saja sambil santai di hotel ya ?” .

Inge mengangguk dan berkata , “ Kira - kira minggu depan saja sebab kalau sering pergi malam nanti nggak enak dengan tante kost ” .
Setelah film selesai sambil jalan keluar , kurangkul pundaknya dan Inge pun memegang pinggangku sambil kepalanya disandarkan ke bahuku . Kuajak Inge makan malam sekalian sambil ngobrol macam -macam. Aku bertanya ,

“ Inge, biasanya kamu diajak pacarmu santai di mana ?”
“ Yaah , kadang- kadang di hotel P atau Hotel NP di atas Candi kadang- kadang juga di Hotel R di bawah kalau malas jauh - jauh . ” Dengan jawaban Inge itu , aku sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Inge saat ini sudah bukan perawan lagi , jadi aku berani untuk mengajaknya ke hotel minggu depan .

Selesai makan kuantarkan Inge pulang , sebelum turun mobil kupeluk dia dan dia pun membalasnya dengan merangkul leherku kuat - kuat untuk menerima ciuman dan kecupan - kecupan pada bibirnya dan selesai itu dengan sedikit teknik tanganku menyambar dan memijit buah dadanya .

“ Acch.. nakal ya Oom ? katanya , dan “ Bye… bye ….” Pada keesokan harinya saya bertemu Inge di kantor dan kita bersikap biasa- biasa saja sehingga tak ada teman yang curiga kalau kita telah pacaran semalam . Saat kutanya kenapa sang pacar tak mengantar lagi , Inge bilang kalau pacarnya sekarang lagi renggang walaupun belum putus 100 % karena pacarnya yang SH itu dan bekerja sebagai salesman electronic itu belakangan suka tersinggung tanpa sebab yang jelas.

Mungkin iri atau malu karena Inge dapat kerjaan dengan gaji yang semetara ini lebih besar dari padanya . Suatu siang di hari Rabu seminggu setelah kita menonton, kebetulan Inge datang ke kamarku dengan membawa laporan - laporan yang kuharus tanda tangani . Inge bertanya ,
“ Pak, nanti malam Bapak ada waktu ?”
“ Kenapa ?” tanyaku pura- pura sebab dalam hatiku saat - saat inilah yang kunantikan.

“ Kalau Bapak ada waktu , Inge kepingin makan di luar tapi kok nggak ada teman ” , sahutnya .
“ Oke , kalau Inge yang ngajak saya bersedia . Jam 6 sore seperti minggu lalu saya datang ke kost , ya Inge?” kataku.

“ Terima kasih ya Pak.”
Sore itu aku cepat - cepat pulang dan segera mandi. Jam 5 .30 sore aku siap berangkat ke kost Inge, karena terlalu pagi Inge belum siap dan kutunggu di ruang tamu. Baru kira -kira 10 menit kemudian Inge keluar . Aku sempat terpesona beberapa saat , karena Inge yang saya tahu biasanya memakai rok agak mini dengan baju atau kaos pendek perutnya dan agak ketat .

Kali ini tampil dengan memakai gaun panjang warna ungu dengan belahan yang agak tinggi di bagian paha sebelah kirinya , sehingga kalau jalan pahanya yang kiri dan putih bersih itu kelihatan dengan jelas dan bagian dalam pahanya kanan juga tampak samar- samar .

“ Ceeek …. ceekkk…. ceeekkk”, komentarku . Inge bahkan tersenyum manis dan kemudian memutar tubuhnya dan bagian punggungnya terbuka lebar sampai ke bawah dengan model huruf V sampai di atas pinggulnya. Aku yakin sekali kalau Inge pasti tidak pakai bra sekarang. Tanpa duduk , Inge langsung mengajak berangkat . kurangkul pinggangnya, Inge jadi agak kikuk takut kalau tante kostnya tahu .
Begitu masuk mobil kuminta untuk mengecup dulu bibirnya yang merah merekah dan basah terus itu , sambil punggungnya yang terbuka itu kuusap- usap dan ternyata dugaanku benar saat dadanya kutekan erat - erat ke dadaku terasa gumpalan daging yang kenyal dengan nama payudara tanpa terlindungi spons BH menempel di dadaku. Denyut jantungku langsung berdetak cepat . Kemudian mobil mulai kujalankan dan tangan Inge diletakkan di atas paha kiriku sambil kadang- kadang memijit pahaku.

“ Mau makan kemana Inge?”
“ Terserah Bapak” , katanya .
Memang Inge tetap tak mau panggil aku dengan sebutan lain , ia pilih dengan “ Pak” karena takut salah ngomong kalau di kantor nanti .
“ Kalau makan sate kambing apakah Inge suka?” tanyaku.

“ Mau Pak, malah sebenarnya Inge sudah lama tak pernah makan itu karena pacar Inge tak suka daging kambing” , katanya .
Akhirnya kita ke rumah makan sate kambing. Saat turun dari mobil dan masuk ke rumah makan sekarang ganti Inge yang selalu merangkul pingganku. Inge duduk di sebelah kananku. memang kuatur demikan supaya tangan kananku bisa dekat dengan paha kirinya yang terbuka sampai ke atas untuk kuraba - raba.

Memang kali ini Inge berbeda dengan waktu nonton film , kali ini Inge tampak ceria dan manja. Saat duduk makan Inge duduknya merapatkan tubuhnya ke tubuhku serta tangannya memegang pahaku. Tanganku sebelum beraksi di pahanya kupakai untuk mengusap- usap punggungnya yang terbuka .
Untuk saat itu rumah makan masih sepi pengunjung, jadi aku agak bebas berkarya . Setelah puas meraba punggungnya tanganku kususupkan ke dalam roknya ke daerah pinggang dan turun di sana tanganku meraba CD - nya .

Kemudian tanganku bergerak ke atas dan menyusup ke bawah ketiaknya dan menuju ke samping depan sehingga ujung jariku dapat menyentuh samping payudaranya yang benar - benar masih kenyal . Pekerjaan tanganku berhenti saat pelayan membawa makanan ke meja kami. Saat makan tanganku kadang mulai meraba pahanya kiri yang terbuka itu .

Inge betul - betul penuh pengertian saat tangan kananku sibuk meraba pahanya , ia yang menyuapkan nasi ke mulutku hingga tanganku diberi keleluasaan untuk bermain di pahanya dan sampai vaginanya pun kuraba - raba dengan penuh kemesraan.

Kadang- kadang tangan kananku kupakai untuk menyendok makanan lagi , tapi lebih sering kupakai untuk berkarya di paha dan lubang vaginanya sedang Inge yang terus dengan kasih sayangnya menyuapiku dengan makanan sampai suatu saat Inge mendesah dan memegang tanganku yang berkarya erat - erat seraya berkata, “ Pak, karya tangan Bapak benar- benar hebat bisa membuat Inge basah .”
Lalu kuraba vaginanya ternyata CD - nya juga sudah basah apalagi lubang vaginanya , ujung jari - jariku kumasukkan ke lubangnya untuk bisa mengkait lendir yang menempel di bibir vaginanya , ternyata usahaku itu berhasil juga . Kulihat ada lendir kental mirip cendol menempel di ujung telunjukku, segera kujilati lendir itu dan kutelan bersama makanan yang disuapkan oleh Inge.

Aku betul - betul merasa “ hot” makan daging kambing dicampur lendir Inge, kurebahkan kepalaku ke kepalanya Inge sambil berbisik, “ Inge sayang , saya menyayangimu . ” Inge menjawab, “ Pak, sebentar lagi Inge menjadi kepunyaan Bapak seluruhnya, Inge akan memberikan segalanya yang terbaik untuk Bapak nanti . Percayalah!” sambil mencium pipiku .

Selesai makan , kita langsung menuju Hotel CB di kota atas yang banyak pemandangannya walaupun itu hotel kuno. Kita langsung check in . Inge tetap manja , jalan sambil merangkul pinggangku dengan badannya disandarkan ke tubuhku . Pintu kamar segera kukunci setelah pelayan menyiapkan air minum , sabun dan handuk .

Inge ganti kupeluk dan ia pun merangkul leherku erat - erat hingga permainan ciuman mulut , bibir dan lidah berlangsung dengan hangatnya dan penuh kemesraan. Karena saat aku menciumnya , kukecup dalam-dalam bibirnya dengan penuh perasaan hingga Inge bukan merasakan kenikmatan saja tetapi juga merasakan kasih sayangku.

Setelah berciuman dengan mesranya untuk beberapa saat , maka tanganku kupakai untuk meraba punggungnya yang terbuka , kurasakan tubuh Inge cukup hangat lalu kupegang rok bagian kedua pundaknya dan kutarik ke depan, Inge pun membantu dengan meluruskan tangannya ke depan sehingga roknya bagian atas langsung lepas dan payudaranya yang masih kenyal dan hangat kalau diraba itu terlihat dengan jelas di depan mataku ditambah putingnya yang kelihatan mulai membesar dan tegang dengan warna merah padma membuatku terpesona.

Walaupun aku sudah sering menelanjangi dan meniduri pacarku di hotel , tetapi bentuk tubuhnya yang berbeda itu mempunyai daya rangsang yang tersendiri . Hanya karena kebiasaan yang sudah sering melihat pacarku dalam keadaan telanjang bulat itu yang bisa membuat aku mengendalikan emosi dan gelora nafsu mudaku.

Roknya terus kutarik ke bawah sehingga terlepas semua kemudian kuambil dan kutaruh di atas meja dan Inge kuangkat untuk kutidurkan di ranjang dengan masih memakai CD saja . Tapi CD - nya pun kulorot untuk dilepas dan vaginanya yang seperti bukit kecil itu tertutup oleh rambut yang cukup lebat .

Aku kemudian melepas T- Shirtku dan celana panjang serta CD - ku sambil memandangi tubuh Inge yang telentang di ranjang dengan pose yang menggiurkan ditambah lidahnya yang sering membasahi bibirnya itu. Kudekati Inge kemudian kuciumi seluruh wajahnya dengan tangan menjelajahi seluruh daerah dadanya termasuk lembah dan bukit maupun puncak payudaranya sampai ke pusarnya dan perut bagian bawah.

Setelah ciumanku berpindah ke bagian dadanya terutama bukit- bukit payudaranya , tanganku mulai beraksi di sekitar vaginanya serta pahanya serta sekali - kali rambut bawahnya kutarik pelan - pelan sambil jari tengahku menggelitik clitorisnya yang mulai nongol. Lalu kuciumi terus perutnya bawah sampai rambut kemaluannya dan daerah sekitar vaginanya dan pahanya serta tanganku terus mengusap dan memijit betis serta telapak kakinya .

Ciumanku terus ke lututnya, kemudian ke betis, tumit kaki lalu telapak kakinya sampai jari- jari kakinya pun kuhisap satu persatu semua baru aku balik naik menghisap daerah selakangannya dengan membuka lebar- lebar pahanya lalu daerah antara anus dan vagina itu kucium dan kukecup serta kujilati sehingga Inge mendesah kenikmatan dan terasa ada cairan lendir yang menyemprot keluar dari lubang vaginanya . Setelah kulihat benar terlihat dari lubangnya vagina mengalir keluar cairan lendir dengan bau khusus.

Langsung kucucup lubangnya dan kusedot kuat - kuat hingga sruuuuttt … lendirnya masuk ke dalam mulutku dan kugelitik terus selangkangannya supaya cairan nya keluar lagi lebih banyak dan kusedot terus dan ternyata benar Inge masih mengeluarkan lendirnya yang masuk kemulutku . Rasanya asin2 , asem dengan bau khas seperti juga milik pacarku , aku memang jadi semangat dengan minum lendirnya .

Langsung saja Inge kuajak main dengan pose 69 , aku segera naik ke atas tubuhnya dan penisku kupaskan dihadapan mulut Inge supaya mudah ia untuk mempermainkan penisku dengan lidah dan mulutnya sedang aku sendiri segera menyingkap rambut kemaluannya yang rimbun itu untuk menjilati clitorisnya .

Lalu kugigit - gigit dan kutarik - tarik juga clitorisnya dengan bibirku . Inge tampak terangsang sekali dengan permainan mulutku di daerah vaginanya , apalagi pahanya sekarang kubuka lebar- lebar dan selangkangannya antara anus dan vaginanya kugosok terus dengan jari- jariku dan kadang- kadang kujilati .
Begitu clitorisnya kugetarkan dengan ujung lidahku yang bergerak begitu cepat (seperti lidah cecak katanya pacarku ) hanya semenit saja Inge sudah berontak dengan kakinya dan pantatnya digerakan kesana kemari kemudian mengaduh ,

“ Aduuuuh Pak, Inge nggak tahan… sudah keluar dan lemas Pak.” Saat itu terasa lendirnya menyemprot dan mengenai hidungku, segera kucucup lagi lubang vaginanya untuk kusedot semua lendirnya yang sudah keluar di lubang vaginanya . Aku merasakan kenikmatan juga dari semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah semua .

Aku sekarang membelai rambutnya dan mengusap keringat yang banyak dikeningnya serta bertanya ,

“ Inge sayang , apakah Inge sudah capai?”
“ Belum Pak, Inge cuma lemas saja karena tak kuat menahan kenikmatan yang luar biasa dari permainan lidah Bapak tadi, rasanya sampai ujung rambut dan ujung kaki Pak” sahutnya .
“ Kalau begitu kita main lagi ya?” kataku.

Inge mengganggukan kepala . Lalu aku naik lagi ketubuhnya dan kumasukkan penisku pelan- pelan ke lubang vaginanya , kemudian kutarik keluar lagi pelan- pelan setelah masuk keluar ini lancar berulang- ulang lalu penisku langsung kubenamkan seluruhnya ke dalam vaginanya , sampai Inge menghela napas panjang menahan sakit dan nikmatnya karena katanya masuknya terlalu dalam.

Setelah itu kugerakan pantatku memutar searah jarum jam sehingga Inge menjerit kenikmatan terus karena clitorisnya tergesek oleh rambut kemaluanku dan dinding dalam vaginanya tergesek oleh batang penisku yang mengeras sehingga ia berbisik, “ Aduuuh Pak, nikmat rasanya luar biasa. Aku mau orgasme Pak. ”
Mendengar itu aku langsung menciumi payudaranya yang sebelah kiri, karena Inge bilang lebih sensitive dari pada yang kanan dan putingnya langsung kugetarkan lagi dengan ujung lidahku . Tanpa basa basi lagi hanya beberapa detik terasa vaginanya mencengkeram penisku dan berdenyut -denyut serta ada lendir hangat yang menyiram penisku. Inge sudah klimaks, ia tampak terkulai lemas .

“ Capai Inge, sayang ?” tanyaku .
“ Iya… Pak” sahutnya lirih manja.
“ Tolong Inge diberi air maninya Pak” pintanya.
“ Sekarang?” tanyaku .
“ Iya Pak.”
“ Tahan sebentar lagi iya , nanti aku semprotkan ”.

Lalu aku mengkonsentrasikan segenap pikiranku pada segala keindahan tubuh Inge yang sedang kunaiki ini dan tingkah polanya yang merangsang sambil memandang bibirnya yang merah basah merangsang .

Kugenjot terus gerakan penisku naik turun dan semakin lama semakin cepat sampai Inge menggeliat , menggelinjang tak karuan sambil menarik lepas sprei dan meremas -remasnya dan akhirnya , crruuuutttt … cruuuuuttttt… crrruuuutt , maniku menyemprot kedalam vaginanya sambil kutekan terus penisku dalam- dalam ke vaginanya .

“ Sssseeetttt …. aacccchh , Inge merasakan kehangatan yang luar biasa dari air mani Bapak.” Dan Inge pun orgasme lagi karena penisku merasakan vaginanya berdenyut -denyut lagi . Setelah beberapa menit kita istirahat dengan tidur bertindihan sambil berpelukan, kita bangun tidak terasa jam telah menunjukkan pk 9 .30 . Karena sudah agak malam Inge cepat - cepat bangun dan mengambil handuk yang dibasahi lalu membersihkan penisku dan kemudian vaginanya . Kita tak cuci karena makan waktu lama .

Segera Inge memakai roknya lagi , demikian juga aku . Sedang CD - nya dilipat dan dimasukkan ke dompetnya karena masih basah kena lendir saat kugosok clitorisnya di rumah makan tadi. Dalam perjalanan pulang Inge sempat bertanya ,

“ Bapak jadi kawin kapan ?”
“ Iya masih 2 - 3 tahun lagi , tunggu pacarku selesai kuliah ” , sahutku.
“ Kenapa ?” tanyaku. Inge merebahkan kepalanya ke bahuku sambil berkata ,
“ Inge tak akan kawin dulu kok tunggu kalau mungkin ada mukjizat . ”
“ Maksud Inge?” tanyaku .
“ Siapa tahu suatu saat Inge dapat kabar gembira dari Bapak. Sebab Inge malam ini benar- benar merasakan kenikmatan yang hebat dari Bapak dan lebih dari itu Inge merasakan Bapak meniduri Inge dengan penuh kasih dan kemesraan yang layaknya suami istri yang dipenuhi rasa cinta. Kapan -kapan Inge boleh merasakan lagi ya Pak?”

“ Kapan saja Inge kangen saya bersedia, tapi Inge harus benar- benar atur waktunya jangan sampai Inge hamil yaa !” pesanku .

Saat mobil sampai di rumah kost , Inge tak segera turun ia malah merangkul leherku dan ditariknya aku , lalu diciuminya seluruh wajahku dengan penuh perasaan hatinya dan terlihat matanya memerah dan berkaca-kaca. Aku jadi terenyuh dibuatnya , kubelai rambutnya dan kuusap matanya yang berair lalu kubisiki,
“ Inge jangan sedih, kan tiap hari kita masih bertemu. Inge malam ini capai nanti langsung istirahat ya , jangan melamun macam- macam ya sayang ?” pesanku sambil kubelai sayang dari rambutnya pipinya terus payudaranya sampai pahanya yang terbuka itu, baru Inge mau turun dengan senyum kecil .

Esok harinya di kantor pagi - pagi saat kupanggil Inge untuk memberikan tugas, ia masuk ke kamarku dengan senyum - senyum manja, setelah kujelaskan tugas - tugas yang harus dikerjakan kutanya kenapa kok senyum - senyum .

Inge menjawab sambil mendekat ke sisiku, “ Pak, air maninya semalam baru keluar tadi saat Inge duduk di kantor , sekarang CD Inge jadi basah. ” Karena Inge sudah mendekat tandanya minta untuk dibuktikan , maka kuraba melalui bawah roknya dan benar CD bagian vaginanya basah juga sela - sela pahanya basah agak licin dan ternyata baunya memang seperti maniku.

Aku bilang, “ Inge kamu cuci dulu sana ya. ” Inge menggelengkan kepalanya dan berkata , “ Biarin saja Pak, Inge toch nggak punya CD lagi di kantor malah nggak enak kalau dilepas CD - nya , sampai nanti sore juga tak apa- apa malah nanti siang mungkin sudah kering sendiri . ” Lalu tanganku digenggam erat - erat dan memandang tajam penuh arti dan berkata,

“ Kapan Bapak mau memberikan kemesraan dan kepuasan lagi pada Inge?”
“ Kapan saja terserah Inge”, kataku.

Semenjak itu aku sering diajak kencan hampir tiap minggu sekali dan setelah pacarnya baik kembali hubungannya , hubungan seks tetap berlangsung terus kira -kira tiap bulan sekali sambil cerita - cerita apa saja yang dilakukan suaminya padanya .

Sampai sekarang sudah hampir sepuluh tahun berlalu dan aku sudah pindah kerja di bank , sedang Inge menggantikan jabatanku dan kami masing- masing telah berkeluarga dan punya anak , tapi hubungan intim itu masih tetap berlangsung di siang hari saat jam makan siang , hanya frekuensinya jauh berkurang kira - kira 3 - 4 bulan sekali .

Tapi justru karena waktu yang lama itu menyebabkan tiap kali hubungan intim itu tambah mesra saja dan bukan menjadi kebosanan.

***TAMAT***

Hidup Menjanda Penuh Kenikmatan

Perkenalkan, nama saya Maimunah, saya sering dipanggil Munah atau Monah. Seorang janda kembang. Almarhum suami saya adalah seorang Kapten kapal suatu perusahaan angkutan laut swasta. Umur saya sekarang 46 tahun, dengan dua orang anak yang sudah berumah tangga.

Meskipun umur hampir setengah abad, kata orang saya masih cantik dan seksi. Pekerjaan saya sekarang adalah sebagai pedagang konveksi, bahan pakaian saya buat di Yogyakarta, dan dikirim ke Jakarta. Tulisan di bawah ini adalah pengalaman pribadi saya waktu pertama kali berkencan dengan pacar saya.

Entah sudah berapa kali saya naik kereta api malam begini, baru malam ini hati saya berdebar-debar. Ada yang saya takuti? Sama sekali tidak. Jantung saya berdebar-debar karena penumpang di samping saya yang sejak tadi merebahkan kepalanya di atas bahuku. Penumpang itu, seorang laki-laki ganteng yang memperkenalkan dirinya, namanya Nana Permana. Dia berumur kurang lebih 20 tahun lebih muda dari saya, dengan tubuh yang tegap dan kulitnya yang bersih. Meskipun sebagian besar penumpang di atas K.A. VIP Argo Dwipangga sudah lelap, mata saya bahkan tidak mau saya pejamkan.

Padahal waktu itu arloji sudah menujukkan pada angka satu. Jam satu malam. Tidak ada lagi suara orang bercakap-cakap atau bergurau. Semua sudah larut dalam mimpinya sendiri-sendiri. Jantungku tambah berdebar ketika dari balik selimutnya, pemuda tadi menyentuh dada saya yang juga tertutup selimut.

Ketika jari-jari tangan kanannya mulai meraba-raba payudara saya, rasanya saya mau berteriak keras-keras ingin memberontak karena kehormatan saya sebagai janda kembang seorang Kapten kapal sedang dinodai. Tetapi saya malu. Nanti orang segerbong akan terbangun semua. Terpaksa saya biarkan saja. Rabaannya makin lama makin aktif. Mula-mula dielus-elusnya seluruh permukaan buah dada saya, lalu diremasnya pelan-pelan. Kadang, buah dada saya ditekan-tekan, lalu diremas-remas lagi. Demikian berganti-ganti payudara kanan dan kiri.

Setelah meraba, menekan dan meremas-remas, putingnya dipilin-pilin di antara jari telunjuk dan ibu jarinya. Mula-mula terasa geli, tetapi lama kelamaan terasa nikmat. Payudara saya memang besar, seperti juga pantat saya.

Meskipun payudara saya itu tidak lagi kencang seperti waktu muda, tetapi isinya masih padat. Perasaan apa ini? Mungkin perasaan nikmat yang tidak pernah saya rasakan lagi setelah 10 tahun ditinggal suamiku karena dia telah meninggal. Sejak itu, buah dadaku tidak ada yang meraba, demikian juga vaginaku tidak ada lagi yang “mengisi”. Tetapi malam ini, kurasakan kembali kenikmatan itu. Apalagi tangan kiri Mas Nana, juga mulai meraba pantatku.

Tidak itu saja. Tangan pemuda itu juga mulai turun, mengelus-ngelus perutku. Ke bawah lagi, tangan itu menggelitik vaginaku. Mula-mula bibir vaginaku diusap-usap dengan keempat jarinya, sambil ibu jarinya menekan-nekan klitorisku. Rasanya semakin nikmat. Kini saya tidak lagi dan berniat akan berteriak. Saya menikmati perangsangan pada vaginaku.

Belum lagi sesekali jari telunjuknya dimasukkan ke liang vagina. Pelan-pelan jari itu diputar mengelilingi seluruh dinding vagina, sambil dimasukkan lewat bibir vagina dalam (labia minora). Aduh, bukan makin. Birahiku semakin terbangun setelah sekian lama saya tidak merasakan birahi yang memang sudah saya tunggu-tunggu.

Cairan vagina mulai merembes dari dalam vagina. Saya rasakan debar jantung saya semakin kuat, nafasku sedikit tersengal. Tetapi di tengah gejolak berahiku tersebut, pemuda tadi berbisik, “Kita lanjutkan, di kamar kecil. Saya tunggu!”

Entah setan betina mana yang telah merasuki tubuhku. Yang jelas, bagaikan kerbau dicocok hidungnya, beberapa menit kemudian, saya menyusul pemuda tadi. Sampai di depan kamar kecil, pintunya sudah dibuka oleh Mas Nana. Saya kemudian masuk.

“Aduh… ibu cantik sekali…” Tersentak juga saya mendengar ucapan pemuda tadi (Cantikkah saya?), tentu. Mana ada janda kembang seorang Kapten kapal yang tidak cantik. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak. Seberapa cantikkah? Tidak perlu susah-susah membayangkan.

Kata orang, saya mirip artis film hot, itu artis yang lama pacaran dengan artis lain itu. Namun belum sempat saya menyambut ucapan pemuda yang wajahnya imut-imut mirip bintang sintro, leherku sudah dipeluk dengan kedua tangannya.

Bibirnya segera menerkam dan melumat bibir saya. Ditekannya kuat-kuat, sampai hidung saya tertindih hidung Mas Nana. Karena jadi sulit bernafas, tanganku mendorong dada Mas Nana. Tetapi Mas Nana bukannya mundur, tetapi justru serangannya semakin menggebu, hanya sekarang ke wilayah leher, bawah telinga, serta daerah dagu. Itu semua adalah daerah yang sensitif bagi wanita.

Mungkin parfum lembut yang saya pakai ikut juga merangsang nafsu birahi Mas Nana, terlihat dari gerakannya yang seperti harimau kelaparan yang ingin cepat-cepat merobek dan memamah mangsanya. Saya sendiri sangat terangsang dengan bau parfum rambut dan body-lotion Mas Nana. Dan gelegak birahiku itu cukup dipuasi dengan amukan nafsu birahi serangan total Mas Nana.

Disamping wajahnya yang dienduskan ke seluruh tubuh saya, kedua tangannya seolah memegang kemudi yaitu buah dada saya. Meremas, menggoyang-goyang, memutar-memutar dan entah diapakan lagi, semuanya memberikan kenikmatan yang luar biasa. Dengan menempelkan penisnya ke vagina saya, saya seolah diajak terbang memasuki alam maya surga kenikmatan yang sudah lama tidak saya rasakan. Pegangannya ke payudaraku kadang dipindahkan ke alat vital saya, dielus-elus, ditarik-tarik klitorisnya.

Rasanya diperlukan lima pasang tangan lagi untuk dapat meraba, menggerayangi, memijat-mijat seluruh tubuhku yang sintal ini sekaligus. Kemudian pindah lagi, sekarang kedua telapak tangannya mencubit dan mencowel pantatku seperti mencowel kue.

Karena terasa sakit, dengan manja saya membisikkan,

“Sakit Mas…”
“Habis gemes siih…” jawabnya sambil mencowel lagi.

“Aduhh… Mas… jangan… sakit… sakit sekali… Mas nakal…” desahku
Lama-lama saya tidak kuat lagi bergumul sambil berdiri seperti ini. Denyut jantungku makin meningkat, mengalirkan aliran listrik kebirahian di sekujur tubuhku. Ditambah lagi dengan sentuhan benda bulat, padat dan hangat yang sejak tadi berada di antara kedua pahaku. “Mas Nana… saya sudah ngga kuat Mas… masukkan sekarang Mas…”

“He ehh.. iya… iya… sayang…” katanya terbata-bata.
Saya didudukkan di atas wastafel, setengah duduk setengah berdiri. Dan benda nikmat itu pelan-pelan dimasukkan ke liang vagina saya. “Bleeessss..,” bunyi batang kejantanannya memasuki liang nikmatku.

“Aduh… nikmatnya…” teriakku dalam hati. Setelah masuk, penis itu tetap diam, tidak ditarik keluar. Ini merangsang dinding bagian dalam vaginaku yang langsung mulai meremas-remas benda hangat tadi. Saya rasakan vaginaku seperti berdenyut. Orgasmus. Oh… alangkah nikmatnya.
Meremas secara ritmis, mula-mula kuat, lama-lama melemah seiring dengan dengusan nafasku yang makin cepat dan tidak teratur. Ibarat seorang musafir yang sudah berhari-hari kehausan di tengah padang pasir, itulah rasa nikmat yang saya dapatkan lewat vagina saya. Sudah 10 tahun tidak diberi “makan”.

Kenikmatan ini terulang lagi manakala sambil menciumi pipi dan belakang telingaku, batang kemaluan Mas Nana dimasuk-tarikkan ke liang vagina saya yang merekah. Listrik birahi makin meningkat voltasenya. Entah berapa kali vagina saya ber-orgasmus secara beruntun dalam jarak yang demikian pendek. Mungkin lima kali atau lebih saya merasakan orgasmus.

Pria yang sudah tua atau kurang perkasa biasanya sudah “loyo” saat batang kemaluannya “dikunyah” vagina wanita seperti saya. Meskipun oragasmus-ku sangat kuat, tetapi batang kemaluana Mas Nana tetap kuat, padat dan hangat. Tidak kendor, loyo atau kempes.

“Hebat benar lawan mainku saat ini.” kata saya dalam hatikarena merasakan nikmat tida tara. Kini badan saya mulai lemas. Orgasmus yang saya rasakan memakan energi yang cukup banyak. Ya… seperti energi seseorang yang bergulat sambil berlari. Keringat panas keluar dari tubuh saya bercampur dengan keringat Mas Nana yang benar-benar menaikkan birahi kami.

“Saya tembakkan sekarang ya… yang.. sayang…?” bisiknya lembut.
“He… ehh.. saya sudah terangsang sekali Mas…” Kini batang kejantanan Mas Nana mulai “memompa” vaginaku. Masuk-keluar dan terus masuk-keluar. Mula-mula pelan kemudian makin lama makin cepat. Vaginaku terasa seperti di”charge” (disetrum listrik).

“Terus… terus… masuk-keluar… masuk-keluar… in-out… in-out… terus…” pintaku dalam hati karena membawa perasaan yang luar biasa.
Saya tidak bisa membayangkan wajah saya. Saya juga tidak dapat membayangkan rambut saya yang sudah diacak-acak jari Mas Nana saat menggumuli saya. Tetapi saat batang kejantanan itu dipompakan ke vagianku, saya tidak dapat menceritakan rasanya. Bila saja saat ini saya terbaring di tempat tidur, saya pasti akan bergolek menggeliat-geliat seperti cacing menari di saat kepanasan.

Tiba-tiba, “Dukk..!” batang kejantanan milik Mas Nana berhenti bergerak, masuk sangat dalam ke liang wanitaku. rupanya dia mengalami ejakulasi. Air mani Mas Nana meyemprot ke dalam liang vagina saya. Rasanya saya seperti kram.

Pantat Mas Nana secara refleks saya tarik dan tempelkan kuat-kuat ke permulaan vagina saya. Saya lihat Mas Nana menikmati sekali puncak kepuasan itu, demikian juga saya. Nafas kami mulai mengendor. Rasanya seperti baru saja megikuti lomba lari cepat. Kami berdua mandi keringat.
Keringat birahi janda kembang. Keringat kenikmatan di atas sebuah gerbong kereta api yang sedang berjalan.

***TAMAT***

Arsip

Popular Posts